Perbandingan Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional; Menakar Perhatian Pemerintah

PENANEWS.WEB.ID


Oleh:

Dr. Masduki Duryat, M.Pd, CFLS 

(Rektor Institut Studi Islam Al-Amin Indramayu dan Dosen Pascasarjana UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon)


Setiap 1 Mei diperingati sebagai hari buruh Nasional, seringkali demo dilakukan oleh para buruh untuk menuntut perbaikan gaji dan tunjangan serta fasilitas lainnya. Ketika demo buruh, menteri turun bahkan presiden juga sangat responsif. 


Mungkinkah buruh lebih ‘seksi’ dari sisi politis ketimbang guru dan Pendidikan, sehingga para pejabat—termasuk Presiden—jauh lebih responsif?


Sehari setelah itu, 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). memperbincangkan hari pendidikan tidak lepas dari peran utama seorang guru—termasuk guru honorer. Bagaimana nasib mereka, padahal di antara mereka ada yang bergelar S1 bahkan S2. Mereka mau demo juga malu karena 'aurat', negara hadirkah?


Kesenjangan Perhatian


Ada beberapa hal yang bisa disodorkan di sini untuk bisa didiskusikan bersama;


Pertama, Buruh vs Guru. Peringatan Hari Buruh pada 1 Mei seringkali diiringi dengan demo dan perhatian pemerintah yang signifikan, termasuk kehadiran presiden dan menteri. Sementara itu, peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei relatif kurang mendapatkan perhatian yang sama.


Kedua, Kurangnya perhatian terhadap guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pendidikan, namun kesejahteraan mereka seringkali tidak sebanding dengan peran yang mereka mainkan. Banyak guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, seperti S1 dan S2, namun masih menghadapi kesulitan dalam hal gaji dan tunjangan.


Kesejahteraan Guru

Ini persoalan krusial yang selalu diperdebatkan, walaupun kesejahteraan tidak melulu dilihat dari objectif well-being—yang hanya mengandalkan sejumlah kapital yang diterima. Tetapi bisa jadi mereka bahagia karena melihatnya dari sisi subjectif well-being.  


Terkait dengan kesejahteraan ini, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama dari pemerintah;


Pertama, Gaji dan tunjangan. Guru seringkali memiliki gaji dan tunjangan yang tidak sebanding dengan beban kerja dan tanggung jawab mereka.


Kedua, Kurangnya dukungan. Guru seringkali tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan mereka.


Demo Guru


Hal yang manjadi salah satu ‘aurat’ bagi guru adalah demo, mereka—terutama guru honorer kalaupun demo, sangat terpaksa—karena dikejar oleh usia dan tuntutan—bahkan juga tuntutan calon mertua—yang tidak bisa terhindarkan. 


Tentang demo ini, ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan di sini;


Pertama, Kurangnya kesempatan. Guru seringkali tidak memiliki kesempatan yang sama dengan buruh untuk melakukan demo dan menyampaikan aspirasi mereka.


Kedua, Malu dan tidak berani. Guru mungkin merasa malu atau tidak berani untuk melakukan demo karena khawatir akan dampaknya terhadap reputasi mereka atau karena sifat pekerjaan mereka yang dianggap sebagai "pelayanan".


Negara Hadirkah?


Persoalan ‘hadir atau tidak’ negara di tengah-tengah guru—terutama guru honorer—bisa dilihat dari beberapa hal;


Pertama, Kurangnya kebijakan. Pemerintah seringkali tidak memiliki kebijakan yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan.


Kedua, Perlu tindakan nyata. Pemerintah perlu melakukan tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan, bukan hanya peringatan Hari Pendidikan Nasional yang bersifat simbolis.


Dalam analisis kritis dan komprehensif, nasib guru perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah dan masyarakat. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pendidikan, dan kesejahteraan mereka perlu ditingkatkan untuk memastikan kualitas pendidikan yang lebih baik. 


Pemerintah perlu melakukan tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan, bukan hanya peringatan Hari Pendidikan Nasional yang bersifat simbolis.


Hal ini juga tidak untuk mengatakan bahwa buruh juga tidak penting. Tetapi peningkatan kualitas Pendidikan yang diawali dengan perhatian pemerintah kepada guru, menjadi sesuatu hal yang jauh lebih penting.


Editor:

Adv. Assist. Prof. Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH, CLA, CT, CMT 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama